My Struggle

                                                     My Struggle Going to Campus

        Sama seperti kebanyakan anak lainnya, aku juga punya cerita tentang perjuanganku masuk UB (sengaja disingkat biar tidak pembaca tidak sedih, weheheh). Sebenarnya garing banget, tapi aku cerita aja disini. Soalnya kebanyakan juga sudah tau kisah aku.

        Aku dulu bersekolah di MA Fattah Hasyim Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Sebuah sekolah swasta yang baru berusia 7 tahun. Kalau jenjang Mts nya dulu sudah 1 dekade. Aku angkatan kelima di sekolah itu. Jadi tergolong masih muda sekali. Impianku dulu sederhana, aku hanya ingin kuliah di kampus yang terletak tepat dibelakang asrama pondokku, Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA), mengambil jurusan Akhwalus Syakhsiyah (Hukum Keluarga). Kalau tidak begitu, aku tidak kuliah & meneruskan hafalan Al-Qur'an ku. Sebetulnya aku tidak ingin bercerita tentang hafalanku. Bukan karena masih sedikit (aku baru dapat 8 juz, meskipun usia 5 tahun aku sudah mulai menghafal juz 30). Aku hanya merasa, cukuplah aku, teman-temanku dulu & Allah saja yang tahu. 

        Tidak apa-apa, sudah terlanjur kok.

        Tidak pernah terpikir sedikitpun kalau aku akan berkuliah di UB. Aku sempat down ketika kelas 3 MA karena banyaknya kitab kuning yang aku pelajari. Ditambah persoalan yang cukup riskan, patah hati. Parahnya, aku sulit melupakannya saat itu & aku berusaha terlihat tegar pada semua orang. Tak jarang aku jatuh sakit karenanya. Hancur sudah keinginanku untuk mengharapkan perkuliahan di IAIBAFA. Dan, aku memiliki masalah yang cukup riskan dengan guru mengajiku yang menyebabkan seringnya mengulang ujian juz Al-Qur'an. Kalau tidak salah, aku mengulang sebanyak 6 kali. Sejak dahulu begitu, hafalan Al-Qur'an ku cukup lemah sehingga tak jarang aku mengulang 2 kali. Sekalinya tak mengulang itu sudah membuatku sangat bahagia.

        Suatu hari, ibu bilang padaku kalau aku baiknya kuliah D3 Bahasa Inggris di Polinema. Aku menerima usulan itu dengan baik. Kurasa aku tidak perlu kuliah lama, bisa langsung bekerja untuk kemudian menabung buat biaya kuliah alih jenjang kapanpun aku mau. Aku dulu tidak bisa membedakan SNMPTN dengan SNMPN loh. Yah, intinya aku tidak pham sama sekali tentang jalur nasional semacam itu.

        Jadi, setelah liburan Semester 1, aku ikut teman-teman lainnya daftar SNMPTN di sekolah. Waktu itu, aku bilang pada guru BK kalau aku akan kuliah di Polinema jurusan D3 Bahasa Inggris. Beliau mengiyakan. Saat itu,entah mengapa, beberapa temanku yang mendaftar SNMPTN seolah membuat janji terselubung. Apalagi saat itu aku benar-benar buta arah. Aku semakin insecure ketika batas pendaftaran SNMPTN sudah habis & mereka menyelesaikan registrasi tanpa mengajakku. Dan aku baru paham kalau SNMPN itu jalur undangan & tentu saja MA kecil kemungkinan mendapat undangan itu. Duh, sedih sekali aku saat itu. Rasanya tak punya semangat hidup saja. Teman-teman yang lainnya menyarankan aku daftar SPAN-PTKIN, tapi aku menolak mereka dengan halus. Keinginanku hanya satu, ingin kuliah di Jurusan Bahasa Inggris.

        Akhirnya, aku memutuskan untuk mendaftar UTBK-SBMPTN, meskipun aku tahu betul kalau aku sangat lemah dalam ilmu kuantitatif. Pelajarannya sama sekali aku tak memahaminya. Tapi aku bersikukuh daftar. Akhirnya, aku hanya daftar namun akunnya lebih sering kuacuhkan. Tak lama kemudian, wabah corona melanda Indonesia. Aku mencoba tegar menghadapi kenyataan ketika ekonomi dimana-mana buruk, termasuk dalam keluargaku. Orangtua menyarankan aku untuk gapyear sejenak, tapi aku bersikukuh daftar SBMPN. Persoalan kembali menghadang. Ketika hendak mendaftar SBMPN, aku tak diterima D3 Bahasa Inggris karena juruasanku Agama. Pupus sudah harapanku untuk kuliah. Pada situasi yang sama, aku wisuda online. Tanpa jas ataupun toga. Aku mendengar berita menyedihkan. Semua temanku yang mendaftar SNMPTN tidak ada yang lolos kecuali 1 orang saja. Laki-laki. Dia ketrima di UINSA jurusan Hukum. Menurut beberapa temanku yang tidak lolos, semua data anak Putri salah & tidak ada yang valid. Aku hanya tertegun mendengar-nya.

        Aku akhirnya berlibur ke rumah nenek di Malang bersama ibu & kedua adik perempuan kandungku. Aku seolah kehilangan harapan untuk kuliah. Jiwaku melabil. Seolah doaku terkabul, tanpa kuduga tante menawarkan aku untuk mendaftar UTBK-SBMPTN di UB &UM serta UMPTKIN di UIN Maliki. Aku sempat ragu, mungkinkah aku lolos dari salah satunya? Tante & nenek memberi opsi, kalau aku tidak lulus di semua tujuan itu, tahun ini juga aku gapyear & les bahasa inggris di Kampung Inggris Pare. Sebenarnya aku ingin ke UM, namun aku tidak sengaja pada pilihan pertama memencet UB. Yaudah, mau gimana lagi. Akhirnya aku baru bisa memencet UM di pilihan kedua dengan jurusan Pendidikan Sejarah. Kebetulan aku juga suka sejarah. Kalau UMPTKIN aku memilih UIN Maliki semua.

        Pada saat yang sama, seorang kerabatku kebetulan juga akan kuliah tahun ini. Dia ikut UTBK-SBMPTN di UB, mengambil FPIK, entah apa nama jurusannya. Hal kocak terjadi. Ketika hendak masuk Gedung Mini Lab, aku sempat tersesat & salah masuk ruangan (harusnya aku di Lantai 1, tapi aku malah ikut teman-teman naik keatas). Sampai aku dikawal banyak petugas menuju ruangan yang benar. Belum aku bikin keributan di ruang tunggu. Kaki kiriku tak sengaja terantuk kaki meja. Suara alumunium terdengar nyaring. Lagi, ketika di ruang UTBK, seberapa bingungnya aku dengan soal UTBK, aku masih menyempatkan diri melirik ekspresi teman-teman yang cukup serius. Sampai sekarang aku sulit melupakannya. Ketika UMPTKIN ku juga mengikutinya. Berat rasanya belajar untuk 2 tes nasional itu.

        Selama aku menunggu pengumuman SBMPTN, aku mendadak berubah pikiran. Gak ngerti kenapa, aku jadi ngambis pengen ke UB. Aku tinggal memakai jalan ninjaku. Dulu, guru pelajaran tasawufku (tingkatan atasnya pelajaran Akhlak), KH. M. Idris Djamaluddin, memberiku bersama beberapa teman seangkatan di pondok sebuah ijazah. Semacam doa hajat, kalau punya keinginan kami dianjurkan membaca huwalhabib sebanyak 1000 kali berikut tawassul & surah pendek yang sudah tertulis disana. Aku mencoba mengamalkannya. Aku juga banyak membaca sholawat Nabi. 

        Pada hari yang ditentukan, hari Jum'at tanggal 14 Agustus, tibalah pengumuman SBMPTN. Bodohnya, ketika Bapak M. Nasih mengadakan konferensi daring, aku malah makan & tidak mengikutinya. Tak ada rasa cemas lagi. Kusadari bahwa diriku teramat tak pantas memasuki kampus bergengsi sekelas UB. Mungkin semua perjuanganku berakhir dengan gapyear.

        Entah mengapa, Tuhan seolah tak ingin mematahkan hatiku lagi, setelah cukup sedih ditolak dia (awokawok). Aku diterima di UB, pada jurusan idamanku, Pendidikan Bahasa Inggris(eh, padahal aku dulu pengen masuk Sastra Inggris. Tapi, lupakan saja). Aku sih biasa saja, karena semua emosiku sudah tumpah sejak kemarin malam. Yang menangis bahagia malah nenekku serta semua anggota keluargaku yang lain.

        Apa aku lagi kehilangan kemampuan emosiku ya? (awokawok)

        Kabar baiknya, teman-temanku seangkatan sekolah ada 3 yang lulus SBMPTN. ada yang ke Unair, UTM & UM. Teman MI ku ada yang ketrima di Teknik Sipil & Sastra Inggris. Kabar buruknya, salah satu temanku yang paling hitz di sekolah tidak lulus SBMPTN di Pariwisata UB. 

        Entah mengapa, 10 hari kemudian, aku juga dinyatakan lulus UMPTKIN di UIN Maliki jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Padahal itu jurusan favorit. Peminatnya banyak sekali. Entah mengapa aku bisa masuk kesana, sampai sekarang aku masih tak habis pikir. Kabar buruknya, kerabatku tak lulus SBMPTN & UMPTKIN. Temanku juga ada 2 yang tidak ketrima di UIN Maliki. Semua terkaget-kaget. Disaat orang lain berjuang mati-matian megejar PTN & PTKIN impian, aku dengan seenaknya melenggang diatas penderitaan mereka. Hiks!

        Semua langsung menghujaniku dengan pujian, setelah lama mereka meragukanku. Seperti yang mereka tahu, aku sudah tidak pernah lagi masuk 10 besar di kelas, mentalku masih seperti anak kecil. Nilai akademikku sangat buruk,  & aku sangat pemalas. Jadi, suatu hal aneh ketika aku bisa memasuki 2 kampus impian itu.

        Sudah, sekian terima kasih mau meluangkan waktu kalian untuk membaca blog garing ini.

        Untuk para adik kelasku & teman-teman yang masih gapyear   (semuanya deh) 

        "Kalian harus lebih semangat kayak aku. Jangan patah arang, Allah tidak tidur. Kalau kalian lebih sempurna & tak memiliki keterbatasan sepertiku, seharusnya kalian bisa melampaui saya. Bukankah logika hidup berkata demikian, keadilan sosial (katanya) bagi rakyat sempurna."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Motivation Letter

Essay Mental Health

Perkenalanku Yang Garing